Strategi dan Perencanaan Pembangunan Ekonomi di Indonesia di Masa Mendatang
Secara sederhana, pembangunan ekonomi dapat dipahami sebagai upaya melakukan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya yang ditandai oleh membaiknya factor-faktor produksi. Factor-faktor produksi tersebut adalah kesempatan kerja, investasi, dan teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi. Lebih lanjut, wujud dari membaiknya ekonomi suatu wilayah diperlihatkan dengan membaiknya tingkat konsumsi masyarakat, investasi swasta, investasi public, ekspor dan impor yang dihasilkan oleh suatu Negara. Secara mudah, perekonomian wilayah yang meningkat dapat diindikasikan dengan meningkatnya pergerakan barang dan masyarakat antar wilayah.
Tantangan pembangunan ekonomi Indonesia ke depan sangat berat dan berbeda dengan yang sebelumnya. Paling tidak ada empat tantangan yang dihadapi Indonesia, yaitu:
1. Otonomi daerah
Pertama, Undang-undang No. 22 tahun 1999 secara tegas meletakkan otonomi daerah di daerah kabupaten/kota. Hal ini berarti telah terjadi penguatan yang nyata dan legal terhadap kabupaten/kota dalam menetapkan arah dan target pembangunannya sendiri. Di satu sisi, penguatan ini sangat penting karena secara langsung diupayakan diselesaikan melalui mekanisme yang ada di kabupaten.kota tersebut. Tetapi si sisi lain, otonomi ini justru menciptakan ego daerah yang lebih besar dan bahkan telah menciptkan konflik antar daerah yang bertetangga dan ancaman terhadap kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Pergeseran orientasi pembangunan sebagai Negara maritim
Wilayah kelautan dan pesisir beserta sumber daya alamnya memiliki makna strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional.
3. Ancaman dan sekaligus peluang globalisasi
Ancaman dan peluang dari globalisasi ekonomi terhadap Indonesia yang terutama diindikasikan dengan hilangnya batas-batas Negara dalam suatu proses ekonomi global. Proses ekonomi global cenderung melibatkan banyak Negara sesuai dengan keunggulan kompetitifnya seperti sumber daya manusia, sumber daya buatan/infrastuktur, penguasaan teknologi, inovasi proses produksi dan produk, kebijakan pemerintah, keamanan, ketersediaan modal, jaringan bisnis global, kemampuan dalam pemasaran dan distribusi global.
Ada empat manfaat yang dirasakan dari globalisasi ekonomi, yaitu:
· Spesialisasi produk yang didasarkan pada keunggulan absolute atau komparatif
· Potensi pasar yang besar bagi produk masal
· Kerjasama pemasaran bagi hasil bumi dan tambang untuk memperkuat posisi tawar
· Adanya pasar bersama untuk produk-produk ekspor yang sama ke pasar Asia Pasifi yang memiliki 70% pasar dunia
Namun di sisi lain, globalisasi memberikan ancaman terhadap ekonomi nasional dan daerah berupa membanjirnya produk-produk asing yang menyerbu pasar-pasar domestic akibat tidak kompetitifnya harga produk local.
4. Kondisi objektif akibat krisis ekonomi
Krisis ekonomi (jatuhnya kinerja makro ekonomi menjadi -13% dan kurs rupiah yang terkontrakdi sebesai 5-6 kali lipat) telah menyebabkan tingginya angka penduduk miskin menjadi 24,2% dari total penduduk Indonesia pada tahun 1997/1998 yang membaik pada tahun 1999 menjadi 23,4%. Krisis ekonomi ini memacu krisis miltidimensi, seperti krisis social, dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah.
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 mengamanatkan agar pembangunan wilayah di Indonesia dapat dilaksanakan secara seimbang dan serasi antara dimensi pertumbuhan dan pemerataan kawasan. Ditekankan pula adanya keserasian dan keseimbangan antar pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan, demi terselenggaranya pembangunan yang berkelanjutan untuk generasi mendatang.
Strategi pengembangan wilayah nasional untuk pembangunan ekonomi yang lebih merata dan adil, antara lain:
· Mengembangkan ekonomi daerah dan nasional melalui pengembangan sector-sektor unggulan pada 112 kawasan andalan yang merupakan “primer-mover” pengembangan wilayah nasipnal. Pengembangan kawasan dilakukan pada 57 kawasan andalan dan 23 kawasan andalan laut Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan 55 kawasan andalan dan 14 kawasan andalan laut di Kawasan Barat Indonesia (KBI). Dengan pengembangan kawasan andalan, paling tidak diperkirakan akan terjadi pergeseran ekonomi nasional secara berarti untuk menjadi lebih merata dan adil, yaitu dari kontribusi ekonomi KTI terhadap nasional 19% tahun 1998 menjadi 35% tahun 2018 dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 7,78%, bandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,8%.
· Mengembangkan kawasan perbatasan sebagai ”beranda depan” negara dan pintu gerbang internasional yang menganut keserasian prinsip-prinsip ekonomi (Prosperity) serta pertahanan dan keamanan (Security). RTRWN menetapkan 9 kawasan perbatasan negara dengan melibatkan 11 propinsi dan 10 negara tetangga. Diharapkan dengan dibukanya akses ke pasar internasional, dan potensi ekonomi daerah terutama potensi sumberdaya alam yang sangat besar seperti ilegal perikanan dan kehutanan yang hilang 15 setiap tahun akibat kegiatan ilegal, yaitu US$ 2 milyar per tahun (kelautan) dan US$ 600 juta per tahun dapat dimanfaatkan dengan pengembangan industri pengolahan perikanan dan kehutanan serta pusat perniagaan terpadu di Perbatasan yang didukung oleh keberadaan fasilitas Keimigrasian, Kepabeanan, Karantina, dan Keamanan.
· Mengembangkan simpul-simpul ekonomi daerah dan nasional melalui pengembangan sistem kota-kota yang telah ditetapkan ada 36 kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN), 63 kota Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan 249 kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di KTI serta 18 kota PKN, 80 kota PKW, 236 kota PKL di KBI, termasuk 19 kota perbatasan dan 47 kota pantai. Kota-kota ini mempunyai peran dan fungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi industri dan jasa nasional dan daerah, yang melayani pasar internasional dan pasar nasional yang diwujudkan dengan keterkaitan antar daerah. Diperkirakan ekonomi perkotaan nasional akan dapat dipertahankan pada 60-70% total ekonomi nasional pada tahun 2018, bandingkan dengan share tahun 1998 sebesar 61%.
· Mengembangkan keterkaitan ekonomi antar daerah melalui pengembanagnsistem jaringan transportasi yang mencakup sistem jaringan jalan, rel, pelabuhan laut, dan bandar udara yang melayani pengembangan ekonomi kawasan andalan dan kota-kota, sehingga terwujud struktur ruang wilayah nasional yang utuh dan kuat dalam kerangka negara NKRI. Dukung sistem jaringan transportasi diarahkan untuk ”breakthrough” ketergantungan KTI ke pulau Jawa dan sekaligus membentuk keterkaitan antar daerah yang kuat terutama dengan kota dan outlet berupa pelabuhan laut dan bandar udara. Total ekspor impor KTI yang didukung oleh sistem transportasi ini diperkirakan pada tahun 2018 adalah sebesar 42% dibandingkan tahun 2001 hanya 25%.
· Mengembangkan dukungan sumberdaya air yang mencakup pengelolaan Satuan wilayah Sungai (SWS) dan atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang kritis dan strategis (sejumlah 59 SWS) terutama untuk pelayanan terhadap simpul-simpul ekonomi dan kawasan andalan sebagai ”prime-mover” ekonomi nasional dan daerah.
Letak Geografis Dan Luas Wilayah Sulawesi utara (Manado)
Kota Manado terletak di ujung utara Pulau Sulawesi dan merupakan kota terbesar di belahan Sulawesi Utara sekaligus sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Utara. Secara geografis terletak diantara 10 25′ 88″ – 10 39′ 50″ LU dan 1240 47′ 00″ – 1240 56′ 00″ BT. Berbatasan dengan Negara Philipina dan menghadap ke Asia Timur sertaPasifik. Luas wilayah Kota Manado adalah 15.726 hektar atau 157.26 km2 ditambah lahan reklamasi pantai teluk Manado seluas 67 hektar.
· Wilayah Administrasi
Secara adminstratif Kota Manado terbagi atas 9 (sembilan) Wilayah Kecamatan dengan 87 (delapan puluh tujuh) Kelurahan.
· Pemerintahan
Dalam menjalankan roda pemerintahan, Kota Manado dipimpin oleh seorang Walikota dan seorang Wakil Walikota dibantu seorang Sekretaris Daerah Kota. Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat dan Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah.
· Penduduk
Penduduk Kota Manado saat ini berjumlah 422.355 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk sekitar 2.122 jiwa per kilometer persegi. Selain didiami oleh penduduk asli Minahasa, didiami pula oleh orang-orang yang berasal dari Sangihe Talaud (Satal), Bolaang Mongondouw (Bolmong), dan Gorontalo, serta keturunan Cina yang dikenal dengan sebutan Cina Manado, Portugis dan Spanyol yang disebut orang-orang Borgo, Belanda yang disebut Endo, Jepang, Arab, dan India.Ada pula orang-orang pendatang yang berasal dari Jawa, Bugis, Makasar, Toraja, Ternate, dan lain-lain.
· Sosial
Interaksi sosial yang terjadi antara anggota rumah tangga, tampaknya berjalan dengan relatif stabil. Mereka telah mengetahui status dan peranan masing-masing sehinggakemungkinan terjadi konflik selatif sedikit. Jika terjadi konflik maka ada upaya untuk menciptakan suasana yang akomodatif. Interaksi sosial antara warga masyarakat, sekalipun mereka berasal dari berbagai daerah atau suku bangsa dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda, tetapi interaksi sosialnya relatif berjalan dengan baik. Indikasinya adalah keikutsertaan anggota masyarakat dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti kerja bhakti, sistem keamanan lingkungan, persatuan suka dan duka, arisan-arisan dan sebagainya tanpa memandang latar belakang suku bangsa, agama, pendidikan, dan jabatan.
· Budaya
Masyarakat Kota Manado terdiri dari bermacam-macam suku, etnik, ras, bahasa, dan agama, atau disebut masyarakat multietnik dan multikultural. Artinya setiap kelompok etnik, selalu terdapat mosaik budaya yang masih hidup dan berkembang di lingkungannya. Masyarakat Kota Manado yang agamais dan memiliki aturan serta berbagai ciri warisan budaya khas dan nilai-nilai tradisional masih tetap dipertahankan. Perkampungan tradisional di Kota Manado yang tersebar di tujuh kabupaten mempunyai budaya tradisional yang khas dan masih terpelihara di kelompok-kelompok etnik tertentu.
· Ekonomi
Sebagian besar penduduk Kota Manado bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS), guru atau pegawai swasta (41,44%), sebagai wiraswasta (20,57%), pedagang (12,85%), petani/peternak/nelayan (9,17%), buruh (8,96%). Sisanya bergerak di sektor jasa dan lain-lain (7%). Tingkat kemakmuran warga masyarakat Kota Manado digolongkan pada tingkat yang cukup menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai faktor seperti pemilikan sarana transportasi, sarana komunikasi, keadaan rumah tempat tinggal, dan tingkat pendapatan.
· Agama
Masyarakat Kota Manado memeluk agama Kristen Protesatan, Katolik, Islam, Hindu, dan Budha. Mayoritas masyarakatnya memeluk agama Kristen Protestan dan Katolik. Sebagai masyarakat beragama, kehidupan antar umat beragama terjalin dengan sangat harmonis serta hidup rukun dan damai berdasarkan semangat “Torang Samua Basudara” (Kita Semua Bersaudara).
· Bahasa
Bahasa digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Manado dan wilayah sekitarnya disebut bahasa Melayu Manado (Bahasa Manado). Bahasa Manado menyerupai bahasa Indonesiatetapi dengan logat yang khas. Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari bahasa Belanda, bahasa Portugis dan bahasa asing lainnya
· Pariwisata
Sebagai kota terbesar di wilayah ini, Manado merupakan tempat pariwisata yang penting bagi pengunjung. Ekowisata merupakan atraksi terbesar Manado. Selam Scuba dan snorkelling di pulau Bunaken juga merupakan atraksi populer. Tempat lain yang menarik adalahDanau Tondano, Gunung Lokon, Gunung Klabat dan Gunung Mahawu.
Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, kegiatan pariwisata dengan pesat tumbuh menjadi salah satu andalan perekonomian kota. Primadona pariwisata kota Manado bahkan Provinsi Sulawesi Utara adalah Taman Nasional Bunaken yang oleh sementara orang disebut sebagai salah satu taman laut terindah di dunia. Taman Laut Bunaken adalah salah satu dari sejumlah kawasan konservasi alam atautaman nasional di Indonesia. Taman Laut Bunaken terkenal oleh formasi terumbu karangnya yang luas dan indah sehingga sering dijadikan lokasi penyelaman oleh turis-turis mancanegara. Pulau Bunaken adalah salah satu dari 5 pulau yang tersebar beberapa kilometer dari pesisir pantai Kota Manado. Letaknya yang hanya sekitar 8 Km dari daratan kota Manado dan dapat ditempuh dalam sekitar setengah sampai 2 jam, menyebabkan Taman Nasional ini mudah dikunjungi.
Objek wisata lain yang menonjol di kota Manado adalah Kelenteng Ban Hin Kiong di kawasan Pusat Kota yang dibangun pada awal abad ke-19 dan diperbaiki pada tahun 1970. Klenteng ini terletak di Jalan Panjaitan. Klenteng ini terdiri dari bangunan yang dihiasi dengan ukiran-ukiran naga dan tongkat kayu berapi. Saat yang paling baik untuk mengunjungi klenteng ini yaitu pada saat Tahun Baru Imlek, saat dipertunjukkannya tarian tradisional Tionghoa. Juga pada saat kedatangan parade tradisional Tionghoa, Tai Pei Kong yang berasal dari abad ke-14. Peristiwa tersebut merupakan festival "Taoist" tahunan terbesar yang diadakan di Asia Tenggara, sehingga menarik pelancong dari negara lain. Lokasi wisata lainnya juga adalah Museum Negeri Sulawesi Utara dan Monumen (Tugu Peringatan) Perang Dunia Kedua.
Sebuah monumen yang diresmikan pada akhir tahun 2007 dan menjadi ikon baru kota Manado adalah Monumen Yesus Memberkati. Bangunan ini didirikan di atas bukit di perumahan Citraland Manado dan memiliki ketinggian 50 meter di atas permukaan tanah. Bangunan yang diprakarsai oleh Ir. Ciputra ini merupakan monumen Yesus Kristus yang tertinggi di Asia dan ke dua di dunia setelah Christ the Redeemer.
Selain memiliki objek-objek wisata yang menarik, salah satu keunggulan pariwisata kota Manado adalah letaknya yang strategis ke objek-objek wisata di hinterland, khususnya di Minahasa yang dapat dijangkau dalam waktu 1 s/d 3 jam dari kota Manado. Objek-objek wisata tersebut antara lain, Vulcano Area di Tomohon, Desa Agriwisata Rurukan-Tomohon, Panorama pegunungan dan Danau Tondano, Batu Pinabetengan dan Waruga di Sawangan.
SUMBER :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Manado
http://pesonamdo.wordpress.com/keadaan-umum-kota-manado/
http://www.penataanruang.net/taru/Makalah/Men_%20101203,Makalah.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar