Senin, 09 Juni 2014

Perusahaan Go Publik yang menyajikan Financial Statement & Financial Disclosure

Nama Kelompok :
1. Dini Novia N.I (22210077)
2. Fungky Pratiwi (22210899)
3. Putri Fitria Arini (25210447)
4. Rifa Inayah (25210930)
5. Sintya Dewi (26210567)

1.      Latar Belakang
Dalam kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia disebutkan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor, karyawan, pemerintah serta lembaga keuangan, dan masyarakat. Kemudian dalam pengambilan keputusan ekonomi dipengaruhi banyak faktor, misalnya keadaan perekonomian, politik dan prospek industri.
Adapun kualitas dalam pengambilan keputusan itu dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan perusahaan yang diberikan melalui laporan tahunan (Annual Report) agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi, maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan pengungkapan yang cukup (Adequate disclosure).
Keberadaan dari disclosure atau pengungkapan dalam perusahaan sangat penting karena  pada kondisi ketidakpastian pasar, nilai informasi yang relevan dan realiable tercermin di dalamnya.
Pengungkapan badan usaha merupakan suatu cara untuk menyalurkan pertanggung jawaban perusahaan kepada para investor untuk memudahkan alokasi sumber daya yang menunjukkan laporan tahunan (Annual Report) berupa media yang sangat penting untuk menyampaikan Corporate Disclosure (pengungkapan pada laporan tahunan).

BAB II
Landasan Teori

1.      Pengertian Disclosure/ Pengungkapan Laporan Keuangan
Pengungkapan (disclosure) merupakan upaya transparansi perusahaan/entitas dalam menyajikan informasi (baik itu keuangan ataupun non keuangan) kepada para user. User dalam hal ini adalah para pengguna dari informasi tersebut dalam pengambilan keputusan. Untuk entitas swasta (private) tentu saja yang menjadi user adalah para kreditor, investor, manajer, karyawan, dan bahkan pemerintah. Sedangkan user untuk public entity yang saat ini juga sudah menerapkan upaya transparansi sebagai bentuk akuntanbilitas dari laporan keuangannya adalah pemerintah bersangkutan, masyarakat, dan investor.
Pengungkapan laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian  (release) informasi. Sedangkan menurut para akuntansi memberi pengertian secara terbatas yaitu penyampaian informasi keunagan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan biasanya laporan tahunan.
Laporan tahunan  (Annual Report) media utama penyampaian  informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan tahunan mengkomunikasikan kondisi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor, dan stakeholders llainnya.  Laporan tahunan merupakan mencakup hal-hal seperti pembahasan dan analisis manajemen, catatan kaki dan laporan pelengkap. Laporan keuangan (financial statement) adalah output dan hasil akhir dari proses akuntansi terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan kinerja dan laporan perubahan posisi keuangan sebuah perusahaan. Financial statement disusun perusahaan minimal satu kali dalam setahun.
Sehingga dalam laporan tahunan lah diketahui seberapa kuat informasi pengungkapan yang diajukan oleh perusahaan.

2.      Jenis-Jenis Discloure / Pengungkapan Laporan Keuangan
Pengungkapan laporan keuangan dapat dilakukan dalam bentuk penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang ditempuh, kontijensi, metode persediaan, jumlah saham yang beredar dan ukuran alternatif, misalnya pos-pos yang dicatat berdasarkan historical cost
Adapun jenis pengungkapan yang digunakan perusahaan untuk memberikan informasi kepada stakeholders berupa :
-           Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)
Pengungkapan ini merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini peraturan dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), namun sebelum dikeluarkan keputusan Ketua Bapepam Nomor 38/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 mengenai laporan tahunan bahwa yang dimaksud dengan pengungkapan wajib adalah meliputi semua pengungkapan informasi dalam laporan keuangan.
-          Pengungkapan Sukarela
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan melebihi yang diwajibkan. Perusahaan akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika mereka merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau jika mereka tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit apabila mereka merasa pengungkapan keuangan akan menampakkan rahasia kepada pesaing atau menampakkan sisi buruk perusahaan di depan berbagai pihak. Dengan adanya pengungkapan sukarela ini maka upaya untuk berkomunikasi secara efektif dengan pembaca-pembaca asing, karena tidak adanya standar akuntansi di pelaporan yang diterima secara internasional.
Pengungkapan (disclosure) merupakan upaya transparansi perusahaan/entitas dalam menyajikan informasi (baik itu keuangan ataupun non keuangan) kepada para user. User dalam hal ini adalah para pengguna dari informasi tersebut dalam pengambilan keputusan. Untuk entitas swasta (private) tentu saja yang menjadi user adalah para kreditor, investor, manajer, karyawan, dan bahkan pemerintah. Sedangkan user untukpublic entity yang saat ini juga sudah menerapkan upaya transparansi sebagai bentuk akuntanbilitas dari laporan keuangannya adalah pemerintah bersangkutan, masyarakat, dan investor. Dan concern di tulisan ini pengungkapan laporan keuangan untuk entitas swasta. Adapun pengelompokan jenis pengungkapan informasi antara lain adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), Anggrahini (2009). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang (contoh: mandatory disclosure dalam laporan tahunan bagi perusahaan yang go publik dalam pasar modal Indonesia diatur dalam Kep-38/PM/1996 Tanggal 17 Januari 1996). Sedangkan pengungkapan sukarela yaitu pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan. Menurut Zubaidah dan Zulkifar (2005), pengungkapan sukarela yaitu pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Dua jenis pengungkapan ini dapat ditemui di laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perlu dibedakan antara laporan keuangan tahunan dengan laporan tahunan. Perbedaannya adalah laporan keuangan tahunan hanya menyajikan informasi yang bersifat financial dalam satu tahun buku sedangkan laporan tahunan men-cover semua informasi keuangan maupun non keuangan perusahaan sesuai dengan batasan-batasan tertentu dalam satu tahun buku. Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan, Suwardjono (2005). Tujuan pengungkapan adalah menyediakan informasi yang memadai bagi para pengguna untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pengungkapan dalam hal ini dapat dikelompokkan sebagai pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang diatur dalam peraturan yang berlaku sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang tidak diatur dalam peraturan yang berlaku. Teori pensignalan (signaling theory) yang melandasi pengungkapan sukarela ini, Suwardjono (2005). Dengan mengungkapkan informasi yang bersifat private yang tidak diwajibkan, manajemen berharap informasi tersebut merupakan good news bagi investor atau pemegang saham dan merupakan bentuk kredibilitas manajemen. Namun pada dasarnya, tingkat pengungkapan yang tepat tetap harus memperhatikan kos dan manfaat, karena belum tentu tingginya kos yang dikeluarkan untuk menghasilkan informasi akan seiring dengan besarnya manfaat yang diterima oleh perusahaan. Menurut Hendrikson (1994) dalam Subiyantoro dan Saarce Elsye Hatane (2007)ada tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan yaitu cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full). Pengungkapan cukup adalah yang paling lazim dipergunakan dari tiga pernyataan itu, meskipun hal ini menyiratkan hanya pengungkapan minimum yang serasi dengan tujuan negatif untuk membuat laporan tidak menyesatkan. Wajar dan lengkap merupakan konsep yang lebih positif. pengungkapan yang wajar secara tak langsung merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama bagi semua user yang berkepentingan dengan perusahaan. Pengungkapan yang lengkap menyiratkan penyajian semua informasi yang relevan. Pengungkapan yang layak mengenai informasi yang signifikan bagi para investor dan pihak lainnya hendaknya cukup, wajar dan lengkap. 

·         Contoh perusahannya
1.      Astra otoparst Tbk
2.      PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.  merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono Salim dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma yang pada tahun 1994 menjadi Indofood. Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya hinggaAustralia, Asia, dan Eropa.
Dalam beberapa dekade ini Indofood telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan total food solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran.







Minggu, 08 Juni 2014

Analisis Lap. Keuangan

Nama Kelompok :
1. Dini Novia N.I (22210077)
2. Fungky Pratiwi (22210899)
3. Putri Fitria Arini (25210447)
4. Rifa Inayah (25210930)
5. Sintya Dewi (26210567)

1.      Rasio Likuiditas
a.       Current Ratio (Rasio Lancar) 
Tabel 1
Current Ratio (Dalam Jutaan Rupiah)
Nama Perusahaan
Tahun
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
CR
PT Unilever Indonesia Tbk

2012
5.035.962
7.535.896
66,82%
2011
4.446.219
6.501.681
68,38%
Sumber : Data yang diolah

b.      Quick Ratio (Rasio Cepat)
Tabel 2
Quick Ratio (Dalam Jutaan Rupiah)
Nama Perusahaan
Tahun
Aktiva Lancar
Persediaan
Hutang Lancar
QR
PT Unilever Indonesia Tbk

2012
5.035.962
2.061.899
7.535.896
39,47%
2011
4.446.219
1.812.821
6.501.681
40,50%
Sumber : Data yang diolah


2.      Rasio Solvabilitas
a.       Total Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang)
Tabel 3
Total Debt to Asset Ratio (Dalam Jutaan Rupiah)
Nama Perusahaan
Tahun
Total Hutang
Total Aktiva
TDAR
PT Unilever Indonesia Tbk

2012
8.016.614
11.984.979
66,88%
2011
6.801.375
10.482.312
64,88%
Sumber : Data yang diolah

b.      Debt to Equity Ratio (Rasio total hutang terhadap modal sendiri)
Tabel 4
Debt to Equity Ratio (Dalam Jutaan Rupiah)
Nama Perusahaan
Tahun
Total Hutang
Modal Sendiri
DTER
PT Unilever Indonesia Tbk

2012
8.016.614
3.968.365
202,01%
2011
6.801.375
3.680.937
184,77%
Sumber : Data yang diolah

3.      Rasio Profitabilitas
a.       Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Tabel 4.5
Gross Profit Margin (Dalam Jutaan Rupiah)
Nama Perusahaan
Tahun
Laba Kotor
Penjualan Bersih
GPM
PT Unilever Indonesia Tbk

2012
13.889.126
27.303.248
50,87%
2011
12.006.413
23.469.218
51,16%
Sumber : Data yang diolah

b.      Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Tabel 6
Net Profit Margin (Dalam Jutaan Rupiah)
Nama Perusahaan
Tahun
Laba Bersih Setelah Pajak
Penjualan Bersih
NPM
PT Unilever Indonesia Tbk

2012
4.805.642
27.303.248
17,72%
2011
4.160.209
23.469.218
17,74%
Sumber : Data yang diolah

c.       Return on Investment (ROI)
Tabel 7
ROI (Dalam Jutaan Rupiah)
Nama Perusahaan
Tahun
Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aktiva
ROI
PT Unilever Indonesia Tbk

2012
4.805.642
11.984.979
40,38%
2011
4.160.209
10.482.312
39,73%
Sumber : Data yang diolah

d.      Return on Equity (ROE)
Tabel 8
ROE (Dalam Jutaan Rupiah)
Nama Perusahaan
Tahun
Laba Bersih Setelah Pajak
Total Modal Sendiri
ROE
PT Unilever Indonesia Tbk

2012
4.805.642
3.968.365
121,09%
2011
4.160.209
3.680.937
113,02%
Sumber : Data yang diolah



5.      Rasio Aktivitas
Total Asset Turnover (Perputaran Aktiva)
Tabel 9
Total Asset Turnover (Dalam Jutaan Rupiah)
Nama Perusahaan
Tahun
Penjualan Bersih
Total Aktiva
TATO
PT Unilever Indonesia Tbk

2012
27.303.248
11.984.979
227,81 kali
2011
23.469.218
10.482.312
223,89 kali
Sumber : Data yang diolah



·         Rangkuman Hasil Penelitian
Berikut ini akan disajikan rangkuman hasil penelitian yang telah dilakukan, yang terdiri dari tabel serta analisis mengenai penelitian terhadap rasio keuangan PT. Unilever Indonesia dalam rangka mengukur kinerja keuangan untuk periode 2011 dan 2012.

Tabel 10
Pengunaan Analisis Rasio, Analisis Statistik Deskriptif
dan Analisis Regresi Linier Sederhana
Nama Perusahaan
Keterangan
2012
2011
1. Rasio Likuiditas
PT Unilever Indonesia Tbk
a. Current Ratio
(Rasio Lancar)
66,82%
68,38%
PT Unilever Indonesia Tbk
b. Quick Ratio (Rasio Cepat)
39,47%
40,50%
2. Rasio Solvabilitas
PT Unilever Indonesia Tbk
a. Total Debt to Asset Ratio
(Rasio Total Hutang Terhadap Total Aktiva)
66,88%
64,88%
PT Unilever Indonesia Tbk
b. Debt to Equity Ratio
(Rasio Hutang Terhadap Ekuitas)
202,01%
184,77%
3. Rasio Profitabilitas
PT Unilever Indonesia Tbk
a. Gross Profit Margin
(Rasio Laba Kotor)
50,87%
51,16%
PT Unilever Indonesia Tbk
b. Net Profit Margin
(Rasio Laba Bersih)
17,72%
17,74%
PT Unilever Indonesia Tbk
c. Return on Investment
(Rasio Laba Atas Investasi)
40,38%
39,73%
PT Unilever Indonesia Tbk
d. Return on Equity
(Rasio Laba Atas Ekuitas)
121,09%
113,02%
4. Rasio Aktivitas
PT Unilever Indonesia Tbk
Total Asset Turnover
(Rasio Perputaran Total Aset)
227,81 kali
223,89 kali
Sumber : Data yang diolah

o   Rasio Likuiditas
-          Current Ratio (Rasio Lancar)
PT Unilever Indonesia Tbk untuk tahun 2012 mengalami penurunan, hal ini disebabkan adanya peningkatan hutang lancar yang cukup besar terjadi dari tahun sebelumnya dan tidak di imbangi dengan kenaikan aktiva lancar.
-          Quick Ratio (Rasio Cepat)
PT. Unilever Tbk untuk tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, tetapi penurunannya tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan jumlah aktiva lancar lebih besar daripada jumlah hutang lancar dan dikatakan “Konservatif”, yaitu berhati-hati dalam mengelola hutang. Ini akan berdampak pada penghasilan profit perusahaan tersebut.

o   Rasio Profitabilitas
-          Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Perusahaan ini mengalami penurunan, penurunan sebesar 0,29%, hal ini disebabkan kenaikan penjualan bersih lebih besar daripada kenaikan laba kotor perusahaan.
Perhitungan rasio menunjukan pada perusahaan untuk dua tahun terakhir (2012-2011) sebesar 50,87%, 51,16%. Ini menunjukan bahwa setiap Rp 100 penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2012 Rp 0,508 dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 0,511.
-          Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2012 net profit margin (NPM) mengalami penurunan yang tidak begitu besar, hanya sebesar 0,02% untuk PT Unilever Indonesia Tbk.
-          Return on Investment (ROI)
PT. Uniliver Indonesia Tbk pada tahun 2012 yang mengalami peningkatan. RIO pada tahun 2012 dan 2011 40,38%, 39,73%. Ini menunjukan setiap Rp 100 dana yang di investasikan pada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,403 pada tahun 2012 dan tahun 2011 sebesar Rp 0,397.
-          Return on Equity (ROE)
PT. Uniliver Indonesia Tbk pada tahun 2012 yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2012-2011 perusahaan memiliki nilai sebesar 121,94%, 113,13%. Ini menunjukan bahwa setiap Rp 100 dana yang dikeluarkan oleh perusahaan akan dapat menghasilkan laba sebesar Rp 1,219 pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 sebesar Rp 1,131 untuk PT Unilever Indonesia Tbk.
o   Rasio Aktivitas
-         Total Asset Turnover
Dari hasil analisis dua tahun terakhir 2012-2011 PT Unilever Indonesia Tbk dikatakan karena perusahaan optimal dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan penjualan yang disebabkan oleh modal kerja, ini terlihat dari kenaikan angka rasio.